indrawan's blog

indrawan's blog
let's reading

Jumat, 29 November 2013

ENJOY YOUR LIFE



MEREKA YANG TIDAK MENGAMBIL MANFAAT



saya ingat suatu ketika sebaris pesan masuk keponselku. Yang bacanya : “untuk syeikh, apa hukumnya bunuh diri ?”

saya menghubungi pengirim untuk menemui seorang remaja di seberang jalan.

Saya katakan, “saya minta maaf, saya tidak mengerti pertanyaanmu. Dapatkah kamu mengulangi pertanyaanmu ?”

Dia mengatakan dengan tegas, “pertanyaanku cukup jelas. Apa hukumnya bunuh diri ?”

Saya memutuskan untuk mengejutkannya dengan jawaban yang tidak disangka-sangka, kemudian saya 
katakan, “hal itu dianjurkan !”

Dia berteriak, “Apa ?!”

Saya katakan, “bagaimana kalau kita membicarakan jalan terbaik untuk kamu melakukannya ?”

Remaja tersebut terdiam.

Saya katakan kepadanya, “OK. Kenapa kamu ingin melakukan bunuh diri ?”
Dia berkata, “karena, saya tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Orang-orang tidak ada yang mencintaiku. Kenyataannya, saya benar-benar gagal…”, dan selanjutnya dia mulai menceritakan panjang lebar kepada saya tentang kegagalannya dalam mengembangkan kecakapan diri dan ketidakberhasilannya dalam memanfaatkan potensinya.

Inilah permasalahan yang dihadapi oleh kebanyakan orang.                                                                  Mengapa setiap kita memandang diri kita begitu rendah ?

Mengapa kita layangkan pandangan kita kepada orang-orang yang berdiri dipuncak gunung, sementara kita memandang diri kita sendiri tidak mampu mencapai puncak seperti mereka, atau memanjat sejajar dengan mereka ?

Barangsiapa yang takut mendaki gunung                                                                                                    Hiduplah dia di lembah selamanya

Tahukah anda siapa yang tidak mampu mengambil manfaat dari buku ini ? atau buku yang lain yang serupa dengannya, dalam hal tersebut ?

Dialah orang yang malang yang menyerah pada kesalahan dan menjadi puas dengan kemampuannya yang terbatas, dan berkata,” ini adalah tabiatku. Aku sudah terbiasa menggunakannya; saya tidak dapat merubah jalanku. Setiap orang tahu bahwa siapa saya sebenarnya. Saya tidak akan pernah bisa berbicara seperti Khalid, atau ceria seperti ahmad, atau ziyad yang disukai oleh orang banyak. Hal itu mustahil.”

Suatu hari aku duduk dengan seorang lanjut usia di sebuah majelis. Semua yang hadir adalah orang-orang yang memiliki keahlian dan kemampuan yang biasa-biasa saja. Orang tua tersebut sedang sibuk berbicara dengan orang-orang yang berada disekitarnya. Dia tidak menonjol dari kebanyakan orang dalam berbagai hal, kecuali dari umurnya yang telah lanjut.

Saya mulai membawakan suatu ceramah kuliah dan selama ceramah saya mengutip fatwa-fatwa yang pernah disampaikan oleh syaikh ‘Allamah ‘Abd al-aziz ibn baz. Setelah saya selesai orang tua itu berkata kepada saya dengan bangga, “syaikh ibn baz dan saya adalah teman baik. Kami pernah belajar bersama di masjid kepada syaikh Muhammad bin Ibrahim kurang lebih empat puluh tahun yang lalu.”

Saya mulai memandangi orang tua itu dan terlihat diwajahnya rona kebahagiaan setelah memberikan informasi tersebut kepada saya. Dia begitu gembira pernah berteman dengan seorang yang sukses didalam hidupnya.

Saya berkata pada diri sendiri,”pria yang malang ! mengapa kamu tidak sesukses ibn baz ? kalau kau tahu jalan menuju kesuksesan, mengapa kau tidak menempuhnya ? mengapa ketika ibn baz wafat, orang-orang menangis untuknya diatas mimbar-mimbar, mihrab-mihrab, dan dikantor-kantor, serta diberbagai negeri berduka atas kepergiannya; tetapi, ketika kematian menjemputmu, mungkin, tak satupun orang akan meneteskan air mata, kecuali hanya sekedar kebaikan dan kebiasaan saja!”

Mungkin masing-masing dari kita boleh berkata,”kami mengenal si fulan dan pernah duduk dengan si fulan.” Tapi bukan itu yang patut dibanggakan. Yang patut untuk dibanggakan adalah ketika kau bisa mencapai puncak seperti mereka. Jadilah pemberani dan mulai dari sekarang bulatkanlah tekad untuk menggunakan seluruh potensimu. Jadilah orang yang sukses. Rubahlah kecemberutan di wajahmu dengan sebuah senyuman, tekanan batin dengan kegembiraan, kekikiran dengan kedermawan, dan kemarahan dengan kesabaran. Jadikan musibah sebagai kegembiraan dan keimanan sebagai senjata !

Nikmatilah hidupmu, hidup ini begitu singkat dan tidak ada waktu lagi untuk bersedih.

Sebagaimana kamu melakukan hal itu, karena alasan itulah saya menulis buku ini. Sehingga aku berjuang hingga akhir, dengan izin Allah.

Kamu akan berjuang bersama kami jika… kamu cukup berani mengambil keputusan dan gigih dalam mengembangkan potensi keahlianmu, dan jika kamu hendak mengambil keuntungan dari kecakapan dan potensimu.

ENJOY YOUR LIFE

THEY DID NOT BENEFIT




I remember once receiving a message on my mobile phone which read: “Dear Shaykh, what is the ruling on suicide?”

I called the sender to find a very young man on the other end of the line.

I said, “I am sorry, I didn’t understand your question. Can you please repeat your question?”

He said with a grieving voice, “The question is clear. What is the ruling on suicide?”

I decided to surprise him by saying in response something unexpected, so I said, “It is recommended!”

He screamed, “What?!”

I said, “How about if we discuss the best way for you to do it?”

The young man fell silent.

I said to him, “OK. Why do you want to commit suicide?”

He said, “Because, I can’t find work. People do not love me. In fact, I am an utter failure...”, and thus he began to relate to me his long story in order to prove that he had failed to develop his
interpersonal skills and was unsuccessful in utilising his talents.

This is a problem with many people.
Why do some of us feel inferior?

Why do we look at those at the peak of the mountain while thinking of ourselves as unworthy of reaching that peak as they have, or even climbing it as they did ?

The one frightened of climbing mountains
forever lives in the ditches

Do you wish to know who will not benefit from this book,? or any other similar book, for that matter?

It is the unfortunate one who surrenders to his own errors and becomes satisfied with his limited skills, and says, “This is my nature. I have become too used to it now; I cannot change my ways. Everyone knows this is how I am. I can never speak like Khalid does, or have a cheerful countenance like Ahmad has, or be universally loved the way Ziyad is. That would be impossible.”

I once sat with a very old man in a public gathering. Most of those present were people with the usual skills and abilities. The old man was busy speaking to whoever was sitting next to
him. He did not stand out in the crowd for any reason, except by virtue of his old age.
I delivered a lecture and during it mentioned a verdict given by the eminent Shaykh ‘Abd al-‘Aziz bin Baz. When I finished, the old man said to me with pride, “Shaykh Ibn Baz and I were colleagues. We used to study together in a mosque under Shaykh Muhammad bin Ibrahim, about forty years ago.”

I turned around to look at him and noticed that he seemed very happy to share this information with me. He was delighted to have accompanied a successful man once in his life.

I said to myself, “Poor man! Why did you not become as successful as Ibn Baz? If you knew the way to success, why did you not pursue it? Why is it that when Ibn Baz passes away, people cry for him from the pulpits, mihrabs, and institutes, and various nations grieve over the loss; yet, when your death comes, perhaps, nobody would shed a single tear, except out of kindness or custom!”

We all may say at some time or another, “We knew so and so and we sat with so and so.” But this is nothing to be proud of. What one can be proud of is to scale the peak as they did. Be brave and from now on be determined to utilise all the abilities you possess. Be successful. Replace the frown on your face with a smile, depression with cheerfulness, miserliness with generosity, and anger with perseverance. Turn your calamities into occasions of joy and your faith into a weapon!

Enjoy your life, for it is brief and there is no time in it for anguish.

As for how to do this, then this is the reason for my writing this book. So bear with me until the end, with Allah’s permission.

You will bear with us if... You are brave enough to be determined and persistent on the development of your interpersonal skills, and if you are willing to take advantage of your abilities and talents.

KLIK DISINI UNTUK MELIHAT TERJEMAHAN

Rabu, 27 November 2013

makalah tentang teknik pembuatan dan perencanaan penulisan soal

Tugas kelompok




TEKNIK PEMBUATAN DAN PERENCANAAN PENULISAN SOAL








DISUSUN OLEH KELOMPOK V :

INDRAWAN SAKTI RAMLI
SARIATY
ZIKRIANA



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI
SULAWESI TENGGARA
2013
  
 


KATA PENGANTAR
                                                      
                                              
                                                                               
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puja dan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rabb semesta alam yang telah menghendaki terselesaikannya tugas makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat berbingkai salam tak lupa juga penulis hanturkan kepada junjungan Nabi umat islam Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam. Yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yakni Islam Rahmatan Lil ‘alamin. 

Makalah dengan topik pembahasan “TEKNIK PEMBUATAN DAN PERENCANAAN PENULISAN SOAL” ini disusun dengan ringkas, dengan harapan agar pembaca dapat memahami dan mengambil manfaat dari makalah ini. Terselesaikannya pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari bantuan pihak lain.

Oleh karena itu tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini.

Penulis menyadari penyusunan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna perbaikan isi dari pembahasan topik ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.



Kendari, 26 Oktober 2013


Penulis,





BAB I PENDAHULUAN



A.       Latar Belakang


Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan).



Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan instruksional.



Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap dapat mewakili seluruh performance yang telah diperoleh selama pesrta didik mengikuti suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes hasil balajar disamping harus dapat dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar guru itu sendiri.


B.        Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat menentukan rumusan masalah yang akan dibahas dalam bab pembahasan adapun rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :
1.       Bagaimanakah cara mempersiapkan soal esay tes ?
2.       Bagaimanakah cara menyusun soal-soal esai ?
3.       Bagaimana cara pembuatan kisi-kisi soal tes ?

C.        Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahasa tentang teknik penyusunan soal-soal dan perencanaan penulisan soal-soal

adapun manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan para pembaca dan penulis dapat mengambil pelajaran dari apa yang termaktub dalam makalah ini.







BAB II PEMBAHASAN



A.       Cara Merencanakan Penyusunan Soal-Soal

Untuk menyusun soal-soal esai sebagai indikator-indikator dari pencapaian murid terhadap bahan pelajaran yang telah dipelajari, beberapa ketentuan perlu diperhatikan khusus mengenai penyusunan tes esai, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1.  Tentukan bahwa murid tidak akan menjawab terlalu banyak atau terlalu panjang sehingga waktu tidak cukup.

Soal-soal esai yang baik menuntut agar murid menganalisis soal itu dengan teliti, menentukan apa yang dituntut dan apa yang tidak dituntut (oleh soal) dalam jawaban, memikirkan tentang cara mengorganisasi jawaban yang paling cocok, kemudian menuliskan jawaban tersebut. Proses ini memakan waktu: makin kompleks suatu pertanyaan atau soal, makin membutuhkan waktu yang lebih lama.

2. Jika beberapa soal esai akan diberikan, usahakan agar ada rentetan kesukaran dan kompleksitasnya.

Kebanyakkan tes yang dibuat guru bertujuan untuk membedakan tingkat penguasaan dan pencapaian murid terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan. Jika semua soal esai itu sukar dan kompleks, beberapa orang murid yang kurang kemampuannya tidak akan menghasilkan jawaban yang akseptabel terhadap satu soal pun dari soal-soal tersebut. Akan tetapi, jika soal-soal itu semuanya mudah dan sederhana kita akan memperoleh pengukuran yang tidak memadai dari apa yang sebenarnya yang dapat dilakukan oleh murid yang lebih pandai. Dengan memberikan variasi terhadap kesulitan dan kompleksitas soal –soal itu, guru dapat memproleh informasi tentang murid, baik yang pandai maupun yang tidak pandai.

3.  Kebanyakan tes yang diberikan dikelas (Classroom tests ) menuntut semua murid untuk menjawab soal-soal yang sama.

Jika suatu tes esai digunakan untuk menilai pencapaian tujuan-tujuan suatu program umum dari pengajaran, tiap murid dituntut untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sama. Memberikan suatu pilihan soal atau pertanyaan akan mengurangi dasar umum (common basis), yang terhadap individu-individu yang berbeda-beda dapat dibandingkan.

Tentu saja, bila diperlukan, dapat juga kita memberikan pilihan terhadap soal-soal yang kita buat. Hal ini diperlukan, misalnya, jika sejumlah murid telah mempelajari bermacam-macam hal, atau jika tujuan pengajaran memang dibedakan bagi bermacam-macam murid. Dalam kondisi seperti ini, murid dapat diharapkan untuk memiliki keluasan kompetensi yang berbeda-beda.

4.   Tulislah seperangkat petunjuk umum tes tersebut.

Pada kebanyakkan tes esai yang diberikan dikelas, soal-soal itu didahului hanya dengan kata-kata “jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut”. Pernyataan ini tidaklah memadai sebagai petunjuk bagi murid dalam menjawab soal-soal atau pernyataan itu.

Petunjuk yang baik bagi suatu tes esai hendaknya mencakup pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1.       Rencana umum yang harus digunakan murid dalam mengerjakan tes itu;
2.       Bagaimana bentuk jawaban itu harus ditulis;
3.       kriteria umum yang akan digunakan dalam menilai jawaban-jawaban tersebut; dan
4.       Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tes tersebut.

B.        Teknik Penulisan Soal-Soal

Untuk menyusun soal-soal esai yang lebih efektif perlu kiranya guru atau pembuat tes memperhatikan saran purwanto (2008), seperti berikut :

a.   Sebelum memulai menulis soal yang dimaksud hendaknya jelas dalam pikiran kita proses mental manakah yang kita harapkan dari murid utnuk menjawab soal tersebut.
Guru atau penyusun tes harus memahami benar-benar mavam-macam jenis respons stimulus (jenis soal) yang diperlukan untuk menimbulkan atau memancing keluarnya respon-respon tersebut. Dengan kata lain, sebelum menuliskan suatu soal esai, guru hendaknyamenentukan lebih dulu pengetahuan atau kecakapan murid yang bagaimana yang hendak kita evaluasi. Jika hal ini sudah jelas, barulah guru mulai menyusun soal-soal yang sesuai dengan kecakapan yang hendak dinilai itu.

b.   Gunakanlah bahan-bahan atau himpunan bahan-bahan dalam menyususn soal-soal esai tersebut.
Seperti kita ketahui, soal esai dimaksudkan untuk mengetahui atau menilai kemampuan murid mengemukakan pendapat dan buah pikirannya dalam bentuk uraian tertulis. Untuk menentukan apakah seorang murid dapat mengerjakan hal seperti itu, guru atau penyusun tes harus dapat membawa mereka (dengan soal yang dibuatnya) kedalam suatu siatuasi yang mengahruskan mereka melakukan lebih dari hanya mereproduksi atau mengingat bahan pelajaran seperti yang ernah diprolehnya dalam buku teks atau didlam diskusi dan ceramah dalam kelas.

c.  Mulailah pertanyaan atau soal esai itu dengan kata-kata seperti: “bandingkan, berilah alas an, berilah contoh-contoh yang sesuai, terangkan bagaimana, jelaskan/ramalkan apa yang akan terjadi jika, jelaskan pendapat anda”
Penggunaan kata-kata seperti itu, jiak dikombinasikan dengan penggunaan bahan-bahan, akan membantu guru atau penyusun soal untuk menyatakan tugas-tugas yang dituntut dari murid untuk memilih, men gorgaisasi atau menysusn dan mengunakan pengeathuan mereka.
Janganlah memulai soal esai dengan kata-kata: “apa, siapa, kapan, bilamana, berapa”, karena kata-kata ini cenderung untuk menuntut pengerjaan yang berdifat reproduksi atau mengingat kembali apa yang telah diterangkan atau dibaca dalam buku. Hal yang demikian tidak sesuai dengan maksud dan tujuan soal esai.

d.  Tulislah pertanyaan atau soal esai itu sedemikian rupa sehingga tugas apa yang harus dilakukan murid jelas dan tidak mempunyai arti ganda (ambiguous) bagi setiap murid
Kita menghedaki suatu skor yang merupakan penelitian terhadap suatu kemampuan khusus (specified task) dari murid, dan bukan bagaimana murid dapat memahami tugas apa yang dia perkirakan untuk dilakuakn. Dengan kata lain, jawaban soal esai jangalah terlalu umum, sehingga menyulitkan guru. Utnuk menskornya akibat dari jawaban-jawaban murid yang heterogen, dan dengan soal yang jawabannya hanaya diterka-terka (guessing) serta mutu jawaban yang berbeda-beda.

e.  Soal esai berhubungan dengan hal-hal yang merupakan “controversial issue” dalam masyarakat.
Penyusunannya hendaknya diarahkan untuk menilai bagaimana pendapat dan pengertian murid terhadap issue yang ditanyakan, dan bukan untuk menuntut murid agar menerima suatu kesimpulan atau cara pemecahan tertentu. Kita mengetahui bahwa terhadap banyak issue yang dialami individu dan masyarakat tidak ada jawaban atau kesimpulan yang bersifat umum atau yang dianggap benar oleh semua orang.
Dengan soal semacam ini guru hendaknya jangan menilai apakah pendapat murid sesuai dengan pendapatnya atau sesuai dengan apa yang telah diterangkan, tetapi ia hendaknya menilai bagaimana kemampuan murid dalam mengemukakan pendapatnya sendiri, dan caranya mempertanyakan dengan alas an yang tepat dan logis.

f.    Usahakan agar soal esai yang kita susun itu benar-benar dapat menimbulkan prilaku (behavior) yang kita kehendaki untuk dialkuakn oleh murid.
Soal-sola esai buatan guru seringkali bersifat kurang menuntut kemampuan skil atau aplikasi seperti misalnya:

1.   “berilah defenisi tentang apa yang dimaksud denga puasa?”
2.   “apa yang dimaksud dengan zakat fitrah dan zakat mall? Dan apa pula perbedaannya?”.

Dalam soal-soal seperti tersebut diatas guru tidak menekankan pada “apa atau bagaimana pendapat murid itu sebenarnya”, tetapi pada “apakah murid mengetahui materi factual yang telah dipelajarinya”. Pertanyaan seperti ini bukanlah tidak boleh, tetapi cenderung bersifat hafalan atau ingatan dan kurang merangsang murid untuk berfikir yang sebenarnya.

g.   Sesuaikan panjang dan pendeknya dan kompleksitas jawaban dengan tingkat kematangan murid. Meskipun kompleksitasnyaa dan panjang pendeknya jawaban pada semuaa tingkat terletak pada kemampuan soal esay itu dalam menuntut murid unttuk memilih dan mengorganisasi ide-idenya sendiri dengan cara nya sendiri, cara mengorganisasi dan mengekspresikan jawaban pada murid sd tidak mungkin sama dengan murid slp, apalagi sla. Sehubungan dengan itu soal 2 yang telah dibicarakan pada nomor 2 dimuka mungkin lebih tepat untuk murid sla daripada untuk murid sd atau pun slp.


C.        Penulisan Kisi-Kisi Soal Tes

Penulisan kisi-kis soal adalah kerangka dasar yang dipergunakan untuk penyusunan soal dalam evaluasi proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan kisi-kisi soal ini, maka seorang guru dengan mudah dapat menyusun soal-soal evaluasi. Kisi-kisi soal inilah yang memberikan batasan guru dalam menyusun soal evaluasi.
Dengan kisi-kisi penulisan soal maka tidak akan terjadi penyimpangan tujuan dan sasaran dari penulisan soal untuk evaluasi penulisan soal. Guru hanya mengikuti arah dan isi yang diharapkan dalam kisi-kisi penulsan soal yang dimaksudkan.

Dalam penulisan kisi-kisi soal, guru harus memperhatikan hal-hal berikut:
1.   Nama sekolah
Nama sekolah ini menunjukkan tempat penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran yang akan dievaluasi proses pembelajarannya. Ini merupakan identitas sekolah.

2.    Satuan pendidikan
Satuan pendidikan menunjukkan tingkatan pendidikan yang menyelenggarakan proses pendidikan dan akan dievaluasi. Satuan pendidikan ini  misalnya SD, SMP, SMA/SMK.

3.    Mata Pelajaran
Mata pelajaran yang dimaksudkan dalam hal ini adalah mata pelajaran yang akan dibuatkan kisi-kisi soal dan dievaluasi hasil belajar anak-anak. Misalnya Matematika.

4.    Kelas/semester
Kelas/semester menunjukkan tingkatan yang akan dievaluasi, dengan menvantumkan kelas atau semsester ini, maka kita semakin tahu batasan materi yang akan kita jadikan soal evaluasi proses.

5.   Kurikulum acuan
Seperti yang kita ketahui model kurikulum di negeri ini selalu berganti, akhirnya ada tumpah tindih antara kurikulum yang digunakan dan kurikulum baru. Untuk hal tersebut maka kita informasikan kurikulum yang digunakan dalam penyusunan kisi-kisi penulisan soal. Misalny, KTSP.

6.   Alokasi waktu
Alokasi waktu ini ditulis sebagai penyediaan waktu untuk penyelesaian soal. Dengan alokasi ini, maka kita dapa memperkirakan kesulitan soal. Dan jumlah soal yang harus dibuat guru agar anak-anak tidak kehabisan waktu saat mengerjakan soal.

7.   Jumlah soal
Jumlah soal menunjukkan berapa banyak soal yang harus dibuat dan dikerjakan anak-anak sesuai dengan jatah alokasi waktu yang sudah dikerjakan untuk ujian bersangkutan. Dalam hal ini guru sudah memperkirakan penggunaan waktu untk masing-masing soal.

8.   Penulis/guru mata pelajaran
Ini menunjukkan identias guru mata pelajaran atau penulis kisi-kisi soal. Hal ini sangat penting untuk mengetahui tingkat kelayakan seseorang dalam penuisan kisi-kisi dan soalnya.

9.   Standar kompetensi
Standar kompetensi menunjukan kondis standar yang akan dicapai oleh peserta didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dengan standar kompetensi ini maka guru dan anak didik dapat mempersiapakan segala yang harus dilakukan.

10.  Kompetensi dasar
Kompetensi dasar menunjukkan hal yang seharusnya dimiliki oleh anak didik setelah mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal aspek ini kita munculkan untuk mengevaluasi tingkat pencapaiannya. 

11.   Materi pelajaran
Ini menunjukkan semua materi yang  diberkan untuk proses pendidikan dan pembelajaran. Dalam penulisan kisi-kisi soal, aspek ini merupakan batasan isi dari materi pelajaran yang kita jadikan soal.

12.   Indikator soal
Indicator soal menunjukan perkiraan kondisi yang diambil dalam soal ujian. Indikasi yang bagaimana dari materi pelajaran yang diterapkan disekolah.

13.   Bentuk soal
Bentuk soal yang dimaksudkan adalah subjektif tes atau objektif tes. Untuk memudahkan kita dalam menyusun soal, maka kita harus menentukan bentuk yes dalam setiap materi pelajaran yang kita ujikan dalam proses evaluasi.

14.   Nomor soal
Nomor soal menunjukkan urutan soal untuk materi atau soal yang guru buat. Dal hal ini, setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar, penulisan nomor soal dikisi-kisi penulisan soal tidak selalu berurutan.guru dapat menulis secara acak. Misalnya,  standar kompetensi A dan komptensi dasar A1 dapat saja diletakkan pada nomor 3 dan seterusnya sehingga tidak selalu standar kompetensi pertama dan kompetensir dasar pertama harus diurutkan di nomor satu.






BAB III PENUTUP



A.       Kesimpulan
Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh tes, yaitu :
1. sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

2.  sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah beberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

  Dalam penulisan soal harus diperhatikan beberapa urutan yaitu kita harus memperhatikan Tujuan Tes – memperhatikan SKL – menentukan Materi – Menentukan Kisi-kisi atau indikator – lalu baru melakukan penulisan soal- kemudian soal di validasi – selanjutnya sola di cek kaidah penulisan soal dan dibuatlah pedoman penskorannya.


B.        Saran 

Demikian makalah yang dapat kami susun, semoga bermanfaat dan memberikan  tambahan pengetahuan kita sebagai calon pendidik agar dapat memahami arti dan manfaat perencanaan dalam pendidikan.